Estafeta Kepemimpinan Muda di Banten

- Jumat, 27 Januari 2023 | 16:16 WIB
Deden Z Farhan (Inisiator MUDA DIGDAYA) (Foto dok. pribadi)
Deden Z Farhan (Inisiator MUDA DIGDAYA) (Foto dok. pribadi)

Oleh : Deden Z Farhan (Inisiator MUDA DIGDAYA)

KABARFAJAR.COM-Dalam tulisan kali ini, penulis ingin memulai membukanya dengan sebuah maqolah mahsyur yang berbunyi Syubbanul yaum rijaalul ghad, yang bermakna bahwa pemuda hari ini adalah pemimpin besok hari.

Tapi menurut penulis, bukan berarti makna dari ‘besok hari’ dari maqolah tersebut berarti setelah ia menjadi orang tua, melainkan malah pemuda hari ini harus bisa menjadi mujaddid estafeta kepemimpinan.

Tentunya dengan terlebih dahulu belajar, mendalami, memahami, dan mengalami prosesnya menuju kursi kepemimpinan.

Demikian juga, jika penulis mencoba merefresentasikan istilah “Muda adalah Kekuatan” berarti seirama dengan salah satu karakter kepemimpinan yang harus memiliki kekuatan.

Kekuatan disini maksudnya adalah kekuatan untuk memenej dan mengorganisir sesuatu yang tengah ia pimpin.

Dalam hal kepemimpian, berarti pemuda tanpa menafikan peranan orang tua, juga memiliki kapasitas, kesempatan, dan juga kompetensi untuk menjadi seorang pemimpin.

Bila kita berkaca pada sejarah, tidak sedikit pemimpin-pemimpin besar peradaban dari kalangan kawula muda yang mampu memberikan kontribusi yang ‘sangat luar biasa’ pada peradaban.

Sebut saja contohnya, dalam sejarah peradaban Islam ada Muhammad Al-Fatih yang terkenal sebagai ‘Penakluk Konstatinopel’.

Pada usianya yang masih muda, Muhammad Al-Fatih mampu menaklukan Konstantinopel di Romawi Timur pada usia 25 tahun.

Selain itu ada juga Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi yang merupakan pendiri Daulah Ayyubiyah, yang sedari mudanya sudah dipercaya menjadi pemimpin pasukan Islam untuk mempertahankan kedaulatan kekhalifaham Islam pada saat itu dari serangan pasukan salib.

Hal yang penulis jelaskan di atas hanya Sebagian kecil dari jejak sejarah yang menunjukan bahwa kapasitas kawula muda dalam hal kepemimpinan tak layak dipandang sebelah mata.

Karena kematangan seseorang dalam menjadi pemimpin tidak melulu diukur dari usia dan pengalaman yang panjang, melainkan dari sikap dan kebijaksanaan yang ia miliki.

Kepemimpinan, sebagaimana pengertiannya berarti cara seseorang untuk memimpin. Dalam konteks kekuasaan di negara demokrasi, maknanya menjadi semakin kompleks.

Halaman:

Editor: Hasbullah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Zuhud Kefanaan Dunia

Sabtu, 11 Maret 2023 | 15:36 WIB

Akar Kekerasaan Mario Dandy

Jumat, 3 Maret 2023 | 22:04 WIB

Adab yang Terbuai Akan Zaman

Kamis, 2 Maret 2023 | 21:01 WIB

NU Abad ke-2

Kamis, 16 Februari 2023 | 14:11 WIB

ISTITOAH

Senin, 13 Februari 2023 | 06:29 WIB

NU

Minggu, 5 Februari 2023 | 10:32 WIB

Estafeta Kepemimpinan Muda di Banten

Jumat, 27 Januari 2023 | 16:16 WIB

1 Abad NU

Minggu, 22 Januari 2023 | 20:57 WIB

Kilas Balik Sosok Mujaddidul Islam Abad 20

Minggu, 22 Januari 2023 | 13:48 WIB

Akhlak Bangsa

Minggu, 22 Januari 2023 | 10:54 WIB

Jalan Panjang Calon Senator

Rabu, 18 Januari 2023 | 10:15 WIB

KKM di Kampung KB

Selasa, 17 Januari 2023 | 13:38 WIB

Tanggung Jawab Moral Cendekiawan

Jumat, 13 Januari 2023 | 10:01 WIB

77 Tahun Kemenag Mengabdi

Selasa, 3 Januari 2023 | 06:59 WIB

3 Kunci Hadapi Tahun Baru 2023

Sabtu, 31 Desember 2022 | 17:29 WIB

Geliat Investasi Didominasi Milenial dan Gen Z

Rabu, 28 Desember 2022 | 07:34 WIB

Perisai 3 Ibu

Jumat, 23 Desember 2022 | 13:19 WIB
X